POP ART

Art is Everything..

Simple Design

I Know..but this is the only that i can do...

PostModern

This can make world change !!

Easy to Learn

Stay Tune...

Prev Next
A Post Without Image

Beberapa Contoh Bangunan Bergaya Posmodernism di Dunia

CONTOH POSMODERNISME



































































































SEJARAH POSMODERNISME


Dunia saat ini sedang bergejolak, khususnya dalam bidang filsafat, ilmu, seni dan kebudayaan. Manusia merasa tidak puas dan tidak dapat bertahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kapitalisme, serta cara berpikir modern. Modernisme dianggap sudah usang dan harus diganti dengan paradigma baru yaitu posmodernisme.
Posmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman modern (yang mengutamakan rasio, objektivitas, dan kemajuan). Posmodern ingin memiliki cita-cita, ingin meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial, kesadaran akan peristiwa sejarah dan perkembangan dalam bidang penyiaran. Posmodern mengkritik modernisme yang dianggap telah menyebabkan desentralisasi di bidang ekonomi dan teknologi, apalagi hal ini ditambah dengan pengaruh globalisasi. Selain itu, posmodern menganggap media yang ada saat ini hanya berkutat pada masalah yang sama dan saling meniru satu sama lain.




PENGERTIAN POSMODERNISME


“Posmodernisme adalah meleburnya batas wilayah dan pembedaan antar budaya tinggi dengan budaya rendah, antara penampilan dan kenyataan, dan segala oposisi biner lainnya yang selama ini dijuntung tinggi oleh teori sosial dan filsafat konvensional. Dengan demikian, posmodern secara umum adalah proses dediferensiasi dan munculnya peleburan di segala bidang” (Jean Baudrillard dalam buku Dr. Munir Fuady,2005)
“Posmodernisme merupakan intensifikasi yang dinamis, yang merupakan upaya terus menerus untuk mencari kebaruan, eksperimentasi dan revolusi kehidupan, yang menentang dan tidak percaya pada segala bentuk narasi besar, berupa penolakannya terhadap filsafat metafisis, filsafat sejarah, dan segala bentuk pemikiran totalitas, seperti Hegelian, Liberalisme, Marxisme, dan lain-lain. Posmodern dalam bidang filsafat dapat diartikan segala bentuk refleksi kritis atas paradigma modern dan atas metafisika pada umumnya” (Jean Francois Lyotard dalam buku Dr. Munir Fuady,2005)




CIRI POSMODERN


Menurut Sallie McFague dalam buku Dr. Munir Fuady,2005 mengatakan bahwa ciri dari posmodern adalah :
•?Menginginkan penghargaan besar terhadap alam.
•?Menekankan pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia.
•?Mengurangi kekaguman terhadap ilmu pengetahuan, kapitaslisme, dan teknologi.
•?Menerima tantangan agama lain terhadap agama dominant.
•?Menerima dan peka terhadap agama baru.
•?Menggeser dominasi kulit putih di dunia barat.
•?Mendorong kebangkitan golongan tertindas, seperti golongan ras, gender, kelas sosial yang tersisihkan.
•?Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya interdependensi secara radikal dari semua pihak dengan cara yang dapat terpikirkan.


Salah satu ciri dari posmodern yang telah disebutkan diatas adalah mengurangi kekaguman terhadap ilmu pengetahuan, dan teknologi, ini berarti menunjukan adanya suatu ketidak pedulian lagi dari para ilmuan terhadap pengetahuan dan ini akan menyebabkan adanya krisis pada masa depan pengetahuan didunia ini, oleh karena itu kami tertarik dan ingin membahas masalah tersebut.
Salah satu hal yang paling inspiratif bagi Posmodernisme adalah memang sikapnya dalam memahami fenomena modern yang bernama “pengetahuan” itu, terutama Pengetahuan Sosial. Ia memperkarakan tentang “Apa itu pengetahuan” secara genealogis dan arkeologis; artinya, dengan melacak bagaimana pengetahuan itu telah beroperasi dan mengembangkan diri selama ini Kategori-kategon konseptual macam “kegilaan”, “seksualitas”, “manusia”, dan sebagainya yang biasanya dianggap “natural” itu sebetulnya adalah situs-situs produksi pengetahuan, yang membawa mekanisme-mekanisme dan aparatus kekuasaan; kekuasaan untuk “mendefinisikan” siapa kita. Ilmu-ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan adalah agen-agen kekuasaan itu. Dan kendati kekuasaan itu tidak selalu negatif-repressif melainkan juga positif-produktif (menciptakan kemampuan dan peluang baru), toh secara umum ia memaksa kita memahami kemodernan bukan lagi sebagai pembebasan, melainkan sebagai proses kian intensif dan ekstensifnya pengawasan (surveillance), lewat “penormalan”, regulasi dan disiplin.
Akan tetapi kita juga jangan lupa, pada zaman posmodern etika sebagai sebuah dinamika peradaban ia pun masih pantas untuk dipertanyakan lagi keberadaannya. Karena di zaman posmodern ini etika sudah mulai ditinggalkan oleh para kaum ilmuan, teknisi maupun kaum intelektual yang pada dasarnya memahami keberadaan etika: Seperti halnya pembuatan bukti yang pada prinsifnya hanya bagian dari proses argumentasi yang dirancang untuk mendapat persetujuan dari para penerima pesan ilmiah, dimana tujuannya tidak lagi kebenaran, tetapi performativitas, yang kemungkinan terbaik dalam persamaan input/output. Negara atau perusahaan harus membebaskan narasi legitimasi kaum idialis untuk membenarkan tujuan baru : didalam diskursus dukungan keuangan bagi peneliti dewasa ini, satu satunya tujuan yang dapat dipercaya adalah kekuasaan. Contohnya adalah para ilmuan, kaum teknisi dan instrument pada zaman sekarang yang dibeli bukan untuk menemukan kebenaran, tetapi untuk memperbesar kekuasaan mereka sang penguasa, dan ini menunjukan telah hilangnya etika di kalangan para ilmuan.


Dan hal diatas didukung dengan anggapan bahwa manusia sekarang mengutamakan mencari uang, dan sudah jarang ada orang yang bersedia memikirkan sejumlah persoalan. Dan hal ini merupakan duka cita manusia: sejumlah besar ilmuwan sekarang terlalu hanyut pada prestasi ilmu pengetahuan yang telah dicapai, namun kehilangan keberanian untuk menyelidiki dunia spiritual yang belum diketahui, ada yang mempertahankan teori yang telah ada tapi menolak menerima kenyataan objektif, ada yang bahkan ikut serta dalam politik, menjadi alat di tangan negarawan. Hal ini merupakan dukanya ilmu pengetahuan.





By : Beatrice Jessica (625090081)

A Post Without Image

Bangunan Bergaya Posmodernism

Ciri-ciri arsitektur posmodernism beserta contoh-contohnya. Serta apa saja yang ditonjolkan dalam gaya posmodernism.

Dalam bicara postmodern, secara dangkal kita bisa mengkaitkannya dengan bentuk bangunan seperti bentuk atap, penggunaan pilar, atau ornamentasi. Bahkan bentuk-bentuk yang aneh seperti Plaza Ex juga bisa disebut postmodern. Tapi kita tidak bisa melihatnya dengan pengertian yang dangkal, bila ingin memahami postmodern.


Left image source from  archiwork.net
Betul bahwa metode akomodasi bentuk-bentuk elemen tradisional atau simbolisme dapat digolongkan menjadi metode desain dalam postmodernisme, tapi bukan berarti semua yang mengandung atap tradisional atau aneh, pilar gaya Romawi, dan sebagainya bisa langsung disebut sebagai Postmo. Tanpa adanya pengertian mendasar tentang postmodernisme, maka hasil karya seorang arsitek boleh jadi terlihat seperti postmodern, tapi sebenarnya ia adalah bagian dari gerakan yang harus dikritisi kembali bila metodenya tidak mendasar.
Ciri-ciri arsitektur postmodern adalah mengakomodasi fungsi dan bentuk yang dirasa perlu untuk hadir dalam rancangan, misalnya arsitektur tradisional, simbolisme, dekorasi, dan sebagainya. Misalnya, bila arsitektur sebuah bangunan itu penuh dengan garis-garis tumpang tindih seperti sarang burung… boleh jadi sang arsitek sedang mengakomodasi bentuk sarang burung dalam bangunannya. Bila dalam desain bangunan terdapat pilar gaya Romawi atau pilar gaya Jawa, tapi menggunakan konstruksi modern, boleh jadi sang arsitek sedang mengakomodasi bentuk ornamentasi dan budaya Romawi atau Jawa dalam bangunannya.

Contoh bangunan di Indonesia yang bergaya posmodernism.
Bangunan tinggi bergaya Mediterania, Romawi klasik, atau Jawa (bila ada) adalah contoh dari bangunan postmodern. Meskipun disini, sekali lagi kita tidak bisa menjamin bahwa arsiteknya sendiri mengerti tentang konsep postmodernisme.



Apakah gaya posmodernism bisa disebut juga gaya futuristic?
Tidak semua bangunan postmodern ‘terlihat’ futuristik. Memang benar, karena bangunan postmodern banyak yang didesain dengan cara yang tidak sama seperti pendahulunya, misalnya bangunan icon postmodern “Pompidou Center” di Paris, dimana semua struktur bangunannya berada diluar dan terlihat futuristik. Contoh lain seperti pyramid kaca karya I.M. Pei di Museum Louvre, atau Guggenheim Museum karya Frank Gehry di Spayol. Kesemuanya tampak futuristik bagi sebagian orang yang melihatnya.
Museo Guggenheim Bilbao
Museum Guggenheim Bilbao, Spanyol. Salah satu icon postmodernisme yang sangat terkenal.
Musée du Louvre (#313)
Museum Louvre, Paris dengan piramid kaca yang didesain oleh I.M. Pei. Bagaimana sebuah piramid kaca bisa hadir dalam lingkup kompleks bangunan bergaya Eropa, dapat dijelaskan melalui pemahaman postmodern, tapi tidak melalui pemahaman modern.
Tapi tidak semuanya seperti itu. Kesan kembali ke masa lampau juga misalnya seperti gedung IT&T yang mengadopsi bentuk arsitektur Romawi pada gedung tinggi. Karena itu, model apartemen bergaya Mediterania atau klasik juga sebenarnya bisa disebut Postmodern, terlepas dari apakah arsiteknya menginginkan seperti itu.

By : Beatrice Jessica (625090081)

A Post Without Image

Apa itu Postmodernisme?


Dalam studi filsafat kita akhirnya datang melawan postmodernisme, namun keras kita dapat mencoba untuk menghindarinya. Biasanya konteksnya adalah seseorang mengucapkan menahan diri akrab "omong kosong postmodern", tapi kadang-kadang dapat didengar sebagai gambaran seni atau masyarakat. Dalam bagian ini kita akan mencoba untuk mendapatkan pegangan pada apa artinya, apa yang kita dapat menggunakannya untuk, apa yang kita bisa belajar dari itu dan mengapa sebagian orang ingin bersikeras bahwa troglodytes hanya mengambil bagian dari itu. 

Apa itu Postmodernisme? 

Tempat pertama kita mengalami kesulitan ketika mendiskusikan postmodernisme adalah dalam mendefinisikan istilah itu sendiri. Para pemikir dan ide-ide sering disebut sebagai postmodern tidak setuju di antara mereka sendiri-biasanya secara signifikan-dan juga dengan kamus versi, sedangkan lawan mungkin tidak selalu adil dalam karakterisasi mereka. Dengan pemikiran ini, dapat kita bahkan berbicara tentang postmodernisme di tempat pertama? Untuk mencoba untuk memahami itu, kita dapat mencoba beberapa pendekatan. 

Kata itu sendiri 

Istilah "postmodern" adalah yang terbaru, seperti yang kita harapkan. Terjauh telah dilacak adalah 1932 atau sekitar itu, ketika digunakan untuk menggambarkan kontras dalam puisi Hispanik antara Borges (dan lainnya) dan bekerja lebih baru yang tampaknya reaksi terhadap modernisme (atau ultramodernismo, seperti yang disebut). Toynbee disebut periode dari 1875 hingga sekarang (tahun 1940, ketika ia menulis) "postmodern", sedangkan penyair dan seniman mulai menggunakannya untuk membicarakan tantangan untuk modernisme. Beberapa penulis memilih untuk membedakan antara dua pengertian dari kata itu: di satu sisi, kita memiliki pos-modern (dengan tanda hubung) untuk menunjukkan kelanjutan modernisme, mungkin dalam arah baru (maka post-modern, atau setelah modernisme); di sisi lain, postmodern (dengan tanda penghubung yang hilang) menandakan sesuatu yang berbeda (post modern, atau setelah modernisme dan terpisah dari hal-mengganti itu). 

Modernisme 

Mengingat bahwa semua pembicaraan ini melibatkan modernisme dalam beberapa cara, kita perlu memahami gagasan ini jika kita berharap untuk menghargai apa yang terjadi setelah atau diganti itu. The difficultly-sekali lagi-adalah bahwa istilah ini sendiri digunakan untuk menunjukkan spektrum yang luas dari arah, kecenderungan dan pengaruh dalam literatur dan seni, serta ide filosofis, memang, juga tampak berbeda dalam arti di banyak negara, bahkan jika hanya sedikit.Sebelum kita lebih jauh, maka, kita dapat mengatakan bahwa salah satu masalah utama dengan postmodernisme adalah bahwa tidak semua orang berarti hal yang sama dengan itu: bisa seseorang menolak klaim yang dicirikan sebagai postmodern ketika pendengar tidak pernah berpikir untuk itu seperti itu. Mungkin respon yang tepat, kemudian, untuk seseorang yang berseru "tidak lebih postmodern sampah!" adalah dengan bertanya "apa yang Anda maksud dengan postmodern?" Ini mungkin layak merunduk jika jawaban adalah klip cepat sekitar telinga, sekalipun. 

Dalam rangka untuk mencoba melakukan penyelamatan dari situasi ini, kita bisa fokus tidak pada banyak perbedaan spesifik dalam memahami tetapi pada kecenderungan umum digambarkan oleh Jürgen Habermas dan lain-lain dimana modernisme ini identik dengan atau lebih sama dengan proyek Pencerahan, yaitu orang ide-ide yang muncul (kira-kira) pada saat Pencerahan (abad ketujuh belas dan kedelapan belas), sering juga disebut Age of Reason. Ini adalah ketika ensiklopedi pertama sedang disusun dan pemikir yang kritis terhadap bentuk-bentuk pengetahuan tradisional atau otoritas, terutama yang agama atau politik.Secara garis besar, harapan adalah bahwa pencarian kebenaran dengan menggunakan akal dan ilmu-ilmu alam akan menggantikan takhayul, irrationalism dan ketakutan dan mengarah pada dunia yang teratur di mana manusia memikirkan dirinya sendiri bukannya mengikuti kebiasaan atau keyakinan yang telah diadakan mutlak untuk generasi. Kant menawarkan moto sebagai mendefinisikan Pencerahan, mengatakan "Sapere Aude: keberanian untuk menggunakan [I] sendiri [/ I] pemahaman. Memiliki" Goya diberikan ini sebagai "El sueño de la Razon menghasilkan monstruos", atau "tidur alasan menghasilkan monster". 

Meskipun mudah untuk melihat di mana daya tarik dalam mencerahkan progresif yang akan mengikuti perjalanan akal, Weber menyebutnya "kekecewaan dunia", banyak ide-ide keagamaan, takhayul dan dongeng rakyat yang memberikan penjelasan atau kenyamanan dari satu jenis atau lain tidak akan berdiri untuk pengawasan, tapi gambar rasional yang menggantikan mereka bisa tampak dingin, impersonal dan hanya sebagai memenjarakan. Pendapat Habermas adalah bahwa walaupun proses ini mungkin cacat dalam beberapa hal, itu belum selesai: walaupun banyak yang telah dicapai, potensi dalam pendekatan ini masih harus direalisasikan. Postmodernisme, kemudian, adalah pada tampilan ini agak anti-modernisme yang akan menyerah beralasan upaya mendukung salah satu yang irasional yang skeptis terhadap kemungkinan sangat didorong oleh Pencerahan. 

Apakah kita menerima ini karakterisasi atau tidak, kita bisa mengatakan postmodernisme yang skeptis dari sudut pandang teoritis yang mendasar (seperti kita bahas pada kami artikel kelima ) atau didasarkan dalam beberapa cara, dan kritis teori pada umumnya. Kadang-kadang perbedaan dibuat sepanjang baris berikut:
  • Afirmatif postmodernis: teori perlu diubah, bukan ditolak 
  • Skeptis postmodernis: teori harus ditolak, atau paling tidak tunduk kritik parah

Ada cara lain untuk menghargai apa postmodernisme melibatkan dengan melihat beberapa ide dan pemahaman yang diusulkan oleh berbagai pemikir penting, serta dengan membandingkan beberapa kecenderungan modernisme dengan bagaimana mereka telah menjadi dilihat dalam konteks postmodern. Ini yang akan kita lakukan segera di bawah ini. 

Setelah modernisme? 

Sebelum kita sampai ke beberapa karakteristik postmodernisme, itu akan bermakna untuk menanyakan apakah salah satu dari mereka adalah baru atau radikal berbeda dari apa pun yang datang sebelumnya. Apakah postmodernisme benar-benar setelah modernisme? Jawaban atas pertanyaan ini tampaknya berada dalam negatif: semua fitur yang kita lihat di bawah telah diucapkan atau diadakan sebelumnya di masa lampau. Kita bisa mencoba untuk bersikeras bahwa belum pernah memiliki pemikir diasumsikan mereka dengan cara yang sistematis, tetapi yang juga tidak terjadi hari ini-seperti yang kita katakan sebelumnya. 

Beberapa penulis telah menyarankan bahwa gagasan tentang mendefinisikan periode (sebagai "modern", "postmodern" atau hal lain) hanyalah perangkat retoris: alat membandingkan hadir untuk sesuatu yang berbeda (biasanya untuk menampilkan lebih baru dalam cahaya menguntungkan ) dengan membangun beberapa waktu lain dalam sejarah yang mungkin tidak begitu tercerahkan sebagai milik kita. Sebagai contoh, kita telah melihat kontras antara apa yang disebut "tradisional" cara dan modernisme atau munculnya Age of Reason. Apakah kali tradisional benar-benar sebagai terbelakang karena mereka kadang-kadang digambarkan, meskipun? Jika tidak, maka rasanya lebih adil untuk mengatakan bahwa pandangan-pandangan berhasil dibawa ke cahaya fitur yang sudah ada tapi mungkin terabaikan atau diabaikan. Seperti kita lihat dalam potongan sebelumnya, beberapa "baru" ide-ide yang diusulkan oleh filsuf dan yang lainnya sebenarnya telah sedikit berbeda dari (atau sama dengan) orang-orang di masa lalu, perubahan mungkin hanya bahwa keadaan menjadi lebih menguntungkan bagi penerimaan mereka . 

Membandingkan dua 

Mengingat pernyataan ini dalam pikiran, kita sekarang dapat kontras berpikir modern dan postmodern di beberapa daerah ilustrasi dan pertanyaan, mengambil setiap masing-masing. Meskipun kita harus berhati-hati ke lebih dari generalisasi atau terlalu menyederhanakan, menentang modern untuk postmodern kita memiliki:
  • Struktur menentang anarki 
  • Konstruksi menentang dekonstruksi 
  • Teori menentang anti-teori 
  • Interpretasi menentang permusuhan terhadap interpretasi yang pasti 
  • Arti menentang permainan makna atau penolakan untuk pin down 
  • Metanarratives menentang permusuhan terhadap narasi 
  • Pencarian makna yang mendasari lawan dari kecurigaan (atau kepastian) bahwa ini adalah mustahil 
  • Kemajuan menentang untuk meragukan bahwa kemajuan mungkin 
  • Order lawan subversi 
  • pengetahuan Encyclopedic menentang web pemahaman

Beberapa akan dipertimbangkan secara lebih mendalam karena kami terus. 

Elemen dan pengaruh 

Metanarratives 

Salah satu pemikir paling penting pada postmodernisme, disebut sering, adalah Jean-François Lyotard. Dalam postmodernisme mendiskusikan, ia menulis: 

Saya mendefinisikan postmodern sebagai ketidakpercayaan terhadap metanarratives ... "


Sekarang beberapa orang tidak terlalu yakin tentang keberadaan Santa's baik dan mungkin tidak percaya terhadap dia (maka menjelaskan gumpalan batubara di stoking mereka), tapi setidaknya kita tahu apa yang kita maksud dengan dia. Apa metanarratives? 

Sebuah narasi biasanya cara lain untuk mengatakan sebuah "cerita" atau gambaran dari beberapa pergantian acara, jadi sebuah narasi meta (kadang-kadang juga disebut Narasi Grand, dengan ibukota untuk efek) adalah sebuah narasi yang menjelaskan (atau mungkin berisi) semua orang lain . Sebagai contoh, ada berbagai narasi di seluruh dunia yang menjelaskan penciptaan alam semesta dan segala isinya, jika sebuah cerita tertentu diklaim menjadi orang utama yang menjelaskan dengan benar atau akurat, bisa dicirikan sebagai suatu metanarrative. Narasi Pencerahan yang kita bahas di atas, untuk mengambil contoh lainnya, mengatakan bahwa alasan dan ilmu-ilmu alam akan membantu untuk membebaskan dunia dari takhayul dan kebodohan, membawa kita (atau lebih dekat ke) pengetahuan yang benar tentang alam semesta kita. Metanarratives dapat dan digunakan untuk menerjemahkan narasi lainnya ke dalam bentuk mereka sendiri, subsuming mereka karena mereka harus jika mereka menjelaskan semua rekening lain dalam hal mereka sendiri. 

Menurut Lyotard, maka, postmodernisme setidaknya skeptis terhadap kecenderungan ini, jika tidak langsung "percaya" pada kemungkinan sangat untuk menemukan satu cerita yang menjelaskan dunia dan semua yang lain. Sangat mudah untuk melihat di mana kecurigaan ini bisa berasal dari: kami bisa membuat argumen bahwa sejak semua upaya sejauh ini (yang kita tahu) untuk menemukan narasi besar telah gagal, berarti hal yang tidak dapat dilakukan. Itu tidakmengikuti, tentu saja, seperti yang kita lihat di kita pasal kelima , tapi mungkin setidaknya cenderung kita untuk menjadi ragu kemungkinan keberhasilan. 

Beberapa kritik telah menyarankan bahwa dalam berbicara dari "kematian" atau kegagalan semua metanarratives, kami hanya menawarkan belum metanarrative lain di tempat mereka, yang berbicara dari kegagalan universal dan mengatakan bahwa kita harus menerimanya sebagai cerita akhir. Titik lain keprihatinan keberatan narasi-narasi yang belum gagal, karena Habermas, seperti yang kita lihat, modernisme belum memenuhi potensinya, sedangkan budaya lainnya memiliki narasi sendiri yang tidak dapat dengan mudah diberhentikan hanya karena-Eropa yang Anglo dikatakan ditakdirkan . 

Cara lain untuk melihat masalah ini adalah dengan cara fondasionalisme, yang menjadi pertimbangan kami dalam kami artikel kelima pada epistemologi.Pencarian untuk metanarrative, menurut Gianni Vattimo, jauh sama dengan pencarian dasar yang mendasari pengetahuan kita, asumsi ini bahwa kitamemerlukan sebuah landasan, meskipun, adalah dipertanyakan. Sebaliknya, Vattimo menunjukkan metafora yang digunakan oleh Jorge Luis Borges dalam cerita yang terkenal, The Library of Babel, di mana alam semesta digambarkan perpustakaan yang tak terbatas. Ketika kita mengembara meskipun melihat buku, kami menemukan bahwa mereka masing-masing mengacu pada buku-buku lain-pernah menjadi otoritas eksternal, atau "katalog katalog", sebagai istilah Borges itu.Daripada menarik bagi yayasan, kemudian, atau sesuatu yang lain untuk dasar pengetahuan kita, kita malah harus puas dengan perpustakaan, atau saling web ide dan keyakinan. 

Seorang filsuf yang telah melihat pertanyaan ini secara mendalam banyak adalah Richard Rorty, yang sangat kritis terhadap fondasionalisme (lihat artikel kelima ) dan sebagian besar epistemologi klasik. Dalam karya awal ia menentang gagasan bahwa pengetahuan entah bagaimana "mencerminkan" atau "mirror" dunia di sekitar kita. Jika demikian, maka akan lebih masuk akal bagi kita untuk menyerah mencari bahasa yang menyeluruh atau narasi untuk memahami semua orang lain di dalam dan bukan hanya menerjemahkan antara mereka, seperti Vattimo. Antifoundationalism adalah penolakan terhadap ide-ide sebelumnya dalam mendukung lain pemahaman pengetahuan, beberapa di antaranya kami dianggap sebelumnya. Rorty menunjukkan bahwa kita menggunakan konsep-konsep kita sebagai alat untuk mencapai tujuan apapun yang kita miliki, bukan sebagai sarana hooking ke dunia seperti apa adanya. 

Lain perspektif epistemologis yang telah melihat banyak kegiatan dalam beberapa tahun terakhir dan yang sering muncul dalam konteks postmodernisme adalahkonstruktivisme. Menurut ide ini, kami tidak menerima pengetahuan melalui indera kita atau melalui diskusi, melainkan, kita membangun itu untuk diri kita sendiri dari dan lain masukan ini-kita membangun pengetahuan, bukan menemukannya. Sebuah cara yang sedikit berbeda untuk mengatakan ini adalah bahwa kita mengadaptasi pengetahuan kita untuk mengatur apa yang kita alami, sebagai lawan untuk menggunakannya untuk mengeksplorasi realitas eksternal. Ini cukup kontras dengan pendekatan fondasionalis, menurut beberapa konstruktivis, kami datang dengan banyak model untuk membimbing kita menuju tujuan apapun yang kita miliki dan semua yang ternyata mampu lakukan adalah membantu kita menerima atau menolak mereka yang tidak berhasil. Kita dapat mengatakan bahwa kita merancang peta lebih baik dan lebih baik untuk mendapatkan kita di mana kita akan pergi, tidak menjelajahi wilayah. 

Sebuah kritik yang jelas dari konstruktivisme adalah dengan menanyakan bagaimana ia dapat memilih antara model-model alternatif jika tidak dengan mengacu pada dunia yang sudah ada dan tidak hanya dibangun oleh kita? Dapatkah kita benar-benar mengatakan bahwa kita membangun fakta bahwa kita tidak bisa bernafas dalam air, atau itu bukan dipaksakan pada kita dengan cara dunia ini kebetulan? Kita temukan dalam pengalaman sehari-hari kita yang tidak setiap model sebagus yang lain ketika mencoba untuk menyelesaikan tugas tertentu, banyak konstruktivis sehingga menunjukkan koherensi atau masalah pragmatis (lih. kami kesepuluh pasal ) bukannya memverifikasi ide dengan menguji mereka terhadap dunia . 

Gagasan metanarratives dan penolakan atau penerimaan sehingga melibatkan banyak aspek, termasuk epistemologi dan metafisika. Jika definisi Lyotard tentang pascamodernisme adalah segala sesuatu untuk pergi saat itu pendapat kami masalah ini dapat pergi beberapa cara untuk menentukan bagaimana kita memandang subjek. 

Power dan pengetahuan 

Dalam kami bagian keenam kita melihat kekuatan yang dapat dikaitkan dengan istilah seperti "pengetahuan" dan "kebenaran". Beberapa pemikir postmodern dicirikan sebagai khawatir tentang hal ini dan merasa bahwa beberapa daerah yang sah atau metode penyelidikan-atau bahkan mode hidup-bisa dibatasi. Untuk mengambil contoh sederhana, jika diketahui bahwa metode tertentu pertanian diketahui paling efisien, mungkin bahwa beberapa orang bersikeras setiap orang yang mengadopsi itu-setelah semua, ada banyak orang lapar. Namun demikian, harus kita membiarkan pengetahuan ini untuk memaksa orang lain untuk hidup dengan cara mereka tidak ingin? 

Pada tingkat lain, beberapa orang menganggap bahwa "primitif" kelompok harus beradab untuk keuntungan mereka sendiri, tetapi para kritikus mengatakan bahwa hal ini mengasumsikan bahwa apa yang baik untuk satu yang baik bagi semua orang. Hal ini sebagian pertanyaan etika (lihat bagian sebelumnya ), tentu saja: kita harus menunjuk keberhasilan cara tertentu untuk melakukan sesuatu atau bersikeras bahwa orang lain mengadopsinya, katakanlah, meningkatkan kesehatan mereka atau kehidupan-span? perhatian adalah bahwa sanksi memanggil sesuatu kebenaran endows dengan kekuatan yang membuatnya lebih mudah untuk memaksa orang untuk melakukan atau menerima hal-hal yang dinyatakan tidak mungkin. 

Contoh lain dari kegilaan ini menyangkut jenis atau kegilaan, sejarah yang dipelajari oleh Michel Foucault dan lain-lain. Menurut pemahaman tertentu dari fenomena ini, dipopulerkan oleh kelompok yang dikenal sebagai anti-psikiater, sangat sulit memang untuk menentukan apa yang kita maksud "gila", mengatakan, kecuali dengan perbandingan normal "perilaku"; apa, meskipun, adalah normal? Saat ini metode yang lebih kompleks digunakan dalam proses ini tetapi jelas bahwa di masa lalu itu akan menjadi masalah yang relatif mudah untuk menentukan perilaku yang kita setuju sebagai ab normal atau gila dan undang-undang untuk paksa) perlakuan (orang menampilkan itu. Jika kelompok tertentu mempunyai hak untuk memutuskan siapa yang gila dan siapa yang tidak, maka tindakan mereka bisa menimbulkan konsekuensi yang mengerikan, sebagaimana telah kita lihat sepanjang sejarah dengan sterilisasi disebut tolol sehingga di AS atau kamp-kamp konsentrasi di Jerman. 

Prinsip di belakang dan lainnya kasus ini adalah untuk menyadari kekuatan dan pengaruh yang terkait dengan mendefinisikan istilah atau membuat perbedaan antara orang-orang, cara kita memahami konsep memiliki [I] konsekuensi [/ I]-pena yang kuat dari pedang pada kesempatan -jadi kita harus menyadari hal ini dan bertindak sesuai. 

Pascastrukturalisme 

Sebuah istilah yang sering muncul dalam diskusi postmodernisme atau pemikir yang terkait dengan itu adalah pascastrukturalisme. Sama seperti sambutannya kami pada postmodernisme, ini juga merupakan sebuah konsep yang sulit untuk mendefinisikan dan melibatkan pengertian yang sama setelah-strukturalisme,jadi kita perlu melihat ini juga,. Strukturalisme kemudian, kadang-kadang digambarkan sebagai upaya untuk membawa semua kita berusaha memahami kondisi manusia di bawah satu model atau struktur, dengan metodologi tunggal, semua berasal dari linguistik (ilmu bahasa) dari sebuah teori Swiss bernama Ferdinand de Saussure. Ada banyak pengaruh lainnya tetapi hal ini sering dikatakan sebagai yang utama. 

Banyak pekerjaan dan kontroversi berhubungan dengan studi Saussure dan yang diikuti, namun yang penting dan mendasar adalah bahasa yang dipahami sebagai bukan hanya sebuah cara untuk mengekspresikan kebutuhan kita dan ide-ide tetapi sesuatu yang diperlukan sebelum kita bahkan dapat berpikir atau memiliki interaksi sosial. Arti dari cerita, mengatakan, dengan demikian dapat ditemukan dalam struktur, dengan menganalisis ini dan bahasa yang digunakan, kita dapat datang untuk memahaminya. 

Sebagai strukturalisme menjadi lebih penting, terutama di Eropa, pasca strukturalisme muncul sebagai tantangan untuk itu. Apakah arti dari sebuah kata yang benar-benar tetap atau itu sebagai gantinya, untuk mempertimbangkan alternatif, sebenarnya ditentukan oleh menggunakan kita ingin meletakkannya untuk?Bagaimana jika kata-kata kita mempekerjakan untuk merujuk ke beberapa struktur tetap pada kenyataannya meleset dan tidak pernah cukup memberikan kami dengan struktur batuan dasar untuk semuanya berbasis? Pascastrukturalisme menunjukkan sebaliknya bahwa makna selalu tidak stabil, ketika kita menggunakan sebuah kata untuk menunjuk ke sebuah konsep, tidak pernah cukup sampai di sana-mencapai bukan untuk kata lain, dan dari situ ke yang lain, dan seterusnya. Ini adalah tantangan bagi kemungkinan metanarratives dan ide-ide Pencerahan pada khususnya. 

Interpretasi 

Ketika kita membaca sebuah cerita, kita kadang-kadang menerima begitu saja bahwa penulis adalah menjelaskan kepada kita apa yang terjadi pada karakter, apa yang mereka pikir tentang dan-sering-apa moral kisah ini. Kita bisa menganggapnya sebagai api unggun chatting, di mana pembicaraan penulis dan kami mendengarkan, dalam beberapa cerita detektif, katakanlah, kami berharap untuk mencari tahu siapa yang melakukannya, bagaimana dan mengapa. Dalam beberapa buku, meskipun, moral tidak begitu jelas, dan dengan puisi atau film bisa lebih buruk lagi, kadang-kadang dua orang dapat melihat film yang sama dan memahami dengan cara yang sama sekali berbeda. Dalam kasus itu, isu ini merupakan salah satu interpretasi: yang telah menghargai titik bagian yang paling akurat? 

Salah satu cara untuk jawaban ini akan menanyakan penulis, jika ia masih hidup. Karena itu, mengapa mereka selalu menjadi orang yang memutuskan? Jika kita punya puisi favorit yang kita baca memiliki arti tertentu bagi kita, harus kita membiarkan bahwa ada cara yang lebih otoritatif untuk mendekati itu? Mengingat bahwa mungkin ada pemahaman sangat banyak dari bagian yang sama, beberapa di antaranya mungkin tampak jauh lebih canggih dari apa yang penulis tampaknya dimaksudkan, bisa masuk akal untuk memanggil salah satu yang sah dan yang lainnya tidak? 

Hermeneutika adalah studi tentang interpretasi, bernama menurut beberapa setelah Hermes dewa Yunani (Merkurius di dewa Romawi), pelindung penerjemah (antara lain) yang juga dipinjamkan namanya menjadi hermetisisme. Di masa lalu itu terkait dengan penafsiran Kitab Suci, beberapa buku suci memperingatkan terhadap over-interpretasi sementara yang lain atribut banyak lapisan yang berbeda yang berarti teks yang sama, terutama dalam beberapa karya Yahudi dan oeuvre Hermetik. Karya-karya Homer, Dante atau Shakespeare telah dipelajari pada berbagai tingkatan, tetapi contoh utama tetap menjadi teks-teks agama: komentar tentang komentar yang begitu banyak menjadi standar bahwa dalam lima belas ratusan Luther menyatakan pepatah yang terkenal sola scriptura (atau "oleh Kitab Suci saja "), bermaksud untuk mengupas semua interpretasi yang telah pergi sebelum dan sehingga mempengaruhi pembaca dan bukan mulai lagi. 

Di masa yang lebih baru, Jacques Derrida menyatakan "il n'ya pas de hors texte"-tidak ada di luar teks. Salah satu cara untuk memahami hal ini adalah dengan menganggap bahwa ada ada panduan atau ajudikasi dapat ditemukan ketika mempertimbangkan sepotong menyimpan di dalamnya, dengan demikian, ketika kita mencoba untuk memutuskan apa interpretasi yang benar dari puisi ini, kita hanya bisa menggunakan puisi sendiri dan tidak menunjuk sesuatu eksternal yang akan menyelesaikan masalah bagi kita. Memang, seorang penulis (Dilthey) mengatakan bahwa tujuan dari hermeneutika adalah "untuk memahami penulis lebih baik daripada ia mengerti sendiri", mungkin penulis tidak sadar meliputi aspek-aspek atau pengaruh dalam teks bahwa ia tidak mengetahui dan yang hanya bisa dibawa ke cahaya oleh interpretasi oleh orang lain? Hal ini membuat sebagian untuk mewartakan "kematian pengarang", tetapi setidaknya kita memiliki penulis, teks itu sendiri dan pembaca semua memiliki masukan ke dalam bagaimana teks dibaca. 

Dekonstruksionisme 

Salah satu bentuk interpretasi atau analisis teks yang dikaitkan dengan Derrida dan disebut Yale sekolah-jadi Paul de Man, Harold Bloom, Hillis Miller dan Geoffrey Hartman adalah dekonstruksi. Ini telah memiliki lebih dari dampak pada filsafat dan teori sastra di Benua Eropa, tetapi pengaruhnya telah dirasakan secara luas. Hal ini dapat ditelusuri kembali ke Nietzsche tetapi masalah dengan menjelaskan atau pengertian itu adalah bahwa para pendukungnya sering bersikeras bahwa tidak ada metode dekonstruksionis, yaitu bukan hanya pendekatan lain sistematis yang akan diterapkan yang dapat didefinisikan dengan langkah-langkah eksplisit atau prinsip-prinsip. Meskipun demikian, kita bisa daftar beberapa panduan umum yang akan membantu:
  • Tambahkan tidak ada teks: Potongan (itu bisa apa saja) di bawah pertimbangan harus jatuh terlepas dari kekurangan sendiri tanpa perlu melihat luar. 
  • Carilah asumsi tak tertulis: Dengan membaca dekat, kita mungkin dapat menemukan pengandaian bahwa penulis mengandalkan implisit tetapi tidak berdebat untuk atau menjelaskan; dengan menunjukkan ini keluar dan mengkritik mereka, tujuan dari teks mungkin gagal. 
  • Reverse istilah: Ini mungkin bahwa dengan mengubah beberapa istilah dalam sepotong untuk berlawanan kutub mereka, persis argumen sebaliknya dibuat.Misalnya, teks rasis mungkin hanya sebagai suara (atau sebaliknya) dengan "putih" ditukarkan dengan "hitam" (atau sebaliknya), tetapi jika diterapkan ke [aku] ada [/ I] grup, itu tidak akan membuat titik sama sekali. 
  • Carilah beberapa interpretasi: Daripada membiarkan salah membaca teks yang akan istimewa, cobalah untuk menemukan orang lain-terutama mereka yang mungkin bertentangan atau seluruhnya bertentangan dengan orang lain. Jika sepotong dapat mendukung begitu banyak, mungkin kesimpulan atau tempat harus dipertanyakan? 
  • Carilah keterbatasan: Apa yang bisa teks tidak memasukkan atau menjelaskan? Apa yang telah secara eksplisit maupun implisit dikecualikan dari itu dalam rangka untuk membuat poin atau argumentasi di dalamnya?

Sebuah kritik utama ditujukan pada dekonstruksionisme adalah bahwa para pendukungnya serangan jarang karya mereka sendiri dengan cara yang sama, mengapa tidak membongkar sebuah dekonstruksi, misalnya? Ada juga batasan jelas yang teks bisa didekonstruksi: meskipun beberapa pikir itu bisa diterapkan pada apa pun, sulit untuk melihat bagaimana ia dapat mengatasi kertas matematika atau (beberapa) ilmiah tanpa pengetahuan tentang daerah-daerah yang paling kekurangan dekonstruksionis atau tanpa menangani filosofis masalah yang terkait dengan mereka terlebih dahulu. 

Keberatan lain untuk dekonstruksi berasal dari perspektif yang berbeda pada bahasa. Menurut Wittgenstein, bukan merupakan korespondensi antara proposisi dan realitas (cf. kami pasal kesepuluh ), bahasa adalah serangkaian game atau praktik yang memungkinkan kita untuk mencapai tujuan apapun yang kita miliki dalam situasi, dengan demikian, seperti yang kita katakan sebelumnya, yang berarti didefinisikan oleh digunakan. Pada istilah-istilah, dekonstruksionisme hanyalah samping titik: bahasa beradaptasi untuk menggunakan dan menarik teks terpisah gagal mempertimbangkan hal ini. 

Queer dan teori feminis 

"Queer" awalnya modus merendahkan alamat untuk homoseksual tapi diadopsi dalam arti yang positif pada 1990-an oleh beberapa militan. Berdasarkan sebagian pada tulisan-tulisan Foucault tentang seksualitas, teori aneh berkaitan dengan identitas seksual dan khususnya gagasan bahwa kategori tetap (seperti "maskulin" dan "feminin") tidak cukup untuk menggambarkan keragaman, kita lihat di dunia kita. Foucault mencatat bahwa pengelompokan samar tindakan digantikan oleh sekelompok kategori seksual dan mempertanyakan apakah ini dibenarkan atau bermakna, apakah itu cukup untuk berbicara tentang heteroseksual dan homoseksual atau ini biner baik / atau tidak cukup untuk menjelaskan jenis manusia perilaku? Bahkan jika kita menambahkan sebutan lainnya, pertanyaan yang sama tetap: apakah kita menggambarkan divisi yang benar-benar ada atau bukan memaksa individu ke dalam cetakan yang mereka tidak cocok? Apa konsekuensi dari yang kedua, terutama bagi mereka mempertanyakan seksualitas mereka? Queer teori studi ini dan pertanyaan-pertanyaan serupa lainnya. 

Dalam cara yang sama, teori feminis mempertimbangkan peran dan pengaruh gender dan ide-ide mendefinisikan peran perempuan dalam masyarakat. Sebagai contoh, adalah pengetahuan aseksual? Beberapa mengusulkan epistemologi feminis yang radikal dimana klaim pengetahuan tergantung pada siapa yangmembuat mereka? Apakah perbedaan biologis menentukan, seluruhnya atau sebagian, peran historis terbatas perempuan atau yang sosial dan prasangka lainnya menyalahkan? Apakah penggambaran perempuan dalam seni, media atau sastra memiliki efek positif atau apakah itu hanya memperkuat stereotip lama?Haruskah perempuan bekerja untuk kesetaraan atau perayaan perbedaan? Apapun jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, titik utama yang diajukan oleh teori feminis adalah bahwa hubungan antara jenis kelamin bukanlah salah satu dari keadilan dan berdiri sama tetapi bukan narasi penindasan dan ketimpangan.Apakah ini begitu, siapa atau apa yang harus disalahkan dan bagaimana mengatasinya masih subjek hari ini banyak diskusi. 

Teori postkolonial 

Meskipun dipengaruhi oleh karya awal Edward Said, teori postkolonial adalah relatif baru dan berusaha untuk mempelajari budaya-budaya dipengaruhi oleh kolonialisme. Salah satu cara untuk mendefinisikan itu adalah sebagai praktek-praktek politik, ekonomi, sosial dan budaya yang berkembang sebagai akibat dari atau respon terhadap kolonialisme. Masalah potensial untuk melihat bekas koloni adalah melihat dari perspektif Barat dan menghakimi sesuai; ketika orang-orang dari dalam kebudayaan memutuskan untuk menggambarkannya sendiri, mengapa mereka harus mengadopsi perspektif ini bukannya mereka sendiri? Apa efek dari menggunakan bahasa kolonial mantan, mengatakan, sebagai lawan dari bahasa asli (s)? Apakah self-description datang secara alami ataukah suatu reaksi atau perlawanan terhadap yang dibicarakan pada istilah lain? Bagaimana interaksi antara coloniser dan dijajah mempengaruhi baik? 

Salah satu konsekuensi diidentifikasi terkait dengan penggunaan Barat istilah "Timur" (atau, hari ini, "Timur Tengah"); menurut beberapa teori, ini memiliki konotasi dari "eksotis" atau berbeda dan karenanya menanamkan melihat dimana bagian lain dari dunia itu berbicara sebagai "kita dan mereka" atau "di sana-sini", sebuah praktek yang berlanjut hari ini dan yang mencegah atau membuatnya sulit untuk "kita" untuk memahami "mereka". Di samping itu, "mereka" mungkin harus mengubah perasaan mereka identitas sebagai akibat dari tekanan penjajahan. teori pascakolonial melihat masalah ini dan mencoba untuk meningkatkan apresiasi kita tentang sejarah kita dan dampaknya pada kemampuan kita untuk belajar tentang orang lain jika kita secara implisit menganggap mereka berbeda bahkan sebelum kita mulai. 




by.silvia santoso (625090060)