CONTOH POSMODERNISME
SEJARAH POSMODERNISME
Dunia saat ini sedang bergejolak, khususnya dalam bidang filsafat, ilmu, seni dan kebudayaan. Manusia merasa tidak puas dan tidak dapat bertahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kapitalisme, serta cara berpikir modern. Modernisme dianggap sudah usang dan harus diganti dengan paradigma baru yaitu posmodernisme.
Posmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman modern (yang mengutamakan rasio, objektivitas, dan kemajuan). Posmodern ingin memiliki cita-cita, ingin meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial, kesadaran akan peristiwa sejarah dan perkembangan dalam bidang penyiaran. Posmodern mengkritik modernisme yang dianggap telah menyebabkan desentralisasi di bidang ekonomi dan teknologi, apalagi hal ini ditambah dengan pengaruh globalisasi. Selain itu, posmodern menganggap media yang ada saat ini hanya berkutat pada masalah yang sama dan saling meniru satu sama lain.
PENGERTIAN POSMODERNISME
“Posmodernisme adalah meleburnya batas wilayah dan pembedaan antar budaya tinggi dengan budaya rendah, antara penampilan dan kenyataan, dan segala oposisi biner lainnya yang selama ini dijuntung tinggi oleh teori sosial dan filsafat konvensional. Dengan demikian, posmodern secara umum adalah proses dediferensiasi dan munculnya peleburan di segala bidang” (Jean Baudrillard dalam buku Dr. Munir Fuady,2005)
“Posmodernisme merupakan intensifikasi yang dinamis, yang merupakan upaya terus menerus untuk mencari kebaruan, eksperimentasi dan revolusi kehidupan, yang menentang dan tidak percaya pada segala bentuk narasi besar, berupa penolakannya terhadap filsafat metafisis, filsafat sejarah, dan segala bentuk pemikiran totalitas, seperti Hegelian, Liberalisme, Marxisme, dan lain-lain. Posmodern dalam bidang filsafat dapat diartikan segala bentuk refleksi kritis atas paradigma modern dan atas metafisika pada umumnya” (Jean Francois Lyotard dalam buku Dr. Munir Fuady,2005)
CIRI POSMODERN
Menurut Sallie McFague dalam buku Dr. Munir Fuady,2005 mengatakan bahwa ciri dari posmodern adalah :
•?Menginginkan penghargaan besar terhadap alam.
•?Menekankan pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia.
•?Mengurangi kekaguman terhadap ilmu pengetahuan, kapitaslisme, dan teknologi.
•?Menerima tantangan agama lain terhadap agama dominant.
•?Menerima dan peka terhadap agama baru.
•?Menggeser dominasi kulit putih di dunia barat.
•?Mendorong kebangkitan golongan tertindas, seperti golongan ras, gender, kelas sosial yang tersisihkan.
•?Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya interdependensi secara radikal dari semua pihak dengan cara yang dapat terpikirkan.
Salah satu ciri dari posmodern yang telah disebutkan diatas adalah mengurangi kekaguman terhadap ilmu pengetahuan, dan teknologi, ini berarti menunjukan adanya suatu ketidak pedulian lagi dari para ilmuan terhadap pengetahuan dan ini akan menyebabkan adanya krisis pada masa depan pengetahuan didunia ini, oleh karena itu kami tertarik dan ingin membahas masalah tersebut.
Salah satu hal yang paling inspiratif bagi Posmodernisme adalah memang sikapnya dalam memahami fenomena modern yang bernama “pengetahuan” itu, terutama Pengetahuan Sosial. Ia memperkarakan tentang “Apa itu pengetahuan” secara genealogis dan arkeologis; artinya, dengan melacak bagaimana pengetahuan itu telah beroperasi dan mengembangkan diri selama ini Kategori-kategon konseptual macam “kegilaan”, “seksualitas”, “manusia”, dan sebagainya yang biasanya dianggap “natural” itu sebetulnya adalah situs-situs produksi pengetahuan, yang membawa mekanisme-mekanisme dan aparatus kekuasaan; kekuasaan untuk “mendefinisikan” siapa kita. Ilmu-ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan adalah agen-agen kekuasaan itu. Dan kendati kekuasaan itu tidak selalu negatif-repressif melainkan juga positif-produktif (menciptakan kemampuan dan peluang baru), toh secara umum ia memaksa kita memahami kemodernan bukan lagi sebagai pembebasan, melainkan sebagai proses kian intensif dan ekstensifnya pengawasan (surveillance), lewat “penormalan”, regulasi dan disiplin.
Akan tetapi kita juga jangan lupa, pada zaman posmodern etika sebagai sebuah dinamika peradaban ia pun masih pantas untuk dipertanyakan lagi keberadaannya. Karena di zaman posmodern ini etika sudah mulai ditinggalkan oleh para kaum ilmuan, teknisi maupun kaum intelektual yang pada dasarnya memahami keberadaan etika: Seperti halnya pembuatan bukti yang pada prinsifnya hanya bagian dari proses argumentasi yang dirancang untuk mendapat persetujuan dari para penerima pesan ilmiah, dimana tujuannya tidak lagi kebenaran, tetapi performativitas, yang kemungkinan terbaik dalam persamaan input/output. Negara atau perusahaan harus membebaskan narasi legitimasi kaum idialis untuk membenarkan tujuan baru : didalam diskursus dukungan keuangan bagi peneliti dewasa ini, satu satunya tujuan yang dapat dipercaya adalah kekuasaan. Contohnya adalah para ilmuan, kaum teknisi dan instrument pada zaman sekarang yang dibeli bukan untuk menemukan kebenaran, tetapi untuk memperbesar kekuasaan mereka sang penguasa, dan ini menunjukan telah hilangnya etika di kalangan para ilmuan.
Dan hal diatas didukung dengan anggapan bahwa manusia sekarang mengutamakan mencari uang, dan sudah jarang ada orang yang bersedia memikirkan sejumlah persoalan. Dan hal ini merupakan duka cita manusia: sejumlah besar ilmuwan sekarang terlalu hanyut pada prestasi ilmu pengetahuan yang telah dicapai, namun kehilangan keberanian untuk menyelidiki dunia spiritual yang belum diketahui, ada yang mempertahankan teori yang telah ada tapi menolak menerima kenyataan objektif, ada yang bahkan ikut serta dalam politik, menjadi alat di tangan negarawan. Hal ini merupakan dukanya ilmu pengetahuan.
By : Beatrice Jessica (625090081)
SEJARAH POSMODERNISME
Dunia saat ini sedang bergejolak, khususnya dalam bidang filsafat, ilmu, seni dan kebudayaan. Manusia merasa tidak puas dan tidak dapat bertahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kapitalisme, serta cara berpikir modern. Modernisme dianggap sudah usang dan harus diganti dengan paradigma baru yaitu posmodernisme.
Posmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman modern (yang mengutamakan rasio, objektivitas, dan kemajuan). Posmodern ingin memiliki cita-cita, ingin meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial, kesadaran akan peristiwa sejarah dan perkembangan dalam bidang penyiaran. Posmodern mengkritik modernisme yang dianggap telah menyebabkan desentralisasi di bidang ekonomi dan teknologi, apalagi hal ini ditambah dengan pengaruh globalisasi. Selain itu, posmodern menganggap media yang ada saat ini hanya berkutat pada masalah yang sama dan saling meniru satu sama lain.
PENGERTIAN POSMODERNISME
“Posmodernisme adalah meleburnya batas wilayah dan pembedaan antar budaya tinggi dengan budaya rendah, antara penampilan dan kenyataan, dan segala oposisi biner lainnya yang selama ini dijuntung tinggi oleh teori sosial dan filsafat konvensional. Dengan demikian, posmodern secara umum adalah proses dediferensiasi dan munculnya peleburan di segala bidang” (Jean Baudrillard dalam buku Dr. Munir Fuady,2005)
“Posmodernisme merupakan intensifikasi yang dinamis, yang merupakan upaya terus menerus untuk mencari kebaruan, eksperimentasi dan revolusi kehidupan, yang menentang dan tidak percaya pada segala bentuk narasi besar, berupa penolakannya terhadap filsafat metafisis, filsafat sejarah, dan segala bentuk pemikiran totalitas, seperti Hegelian, Liberalisme, Marxisme, dan lain-lain. Posmodern dalam bidang filsafat dapat diartikan segala bentuk refleksi kritis atas paradigma modern dan atas metafisika pada umumnya” (Jean Francois Lyotard dalam buku Dr. Munir Fuady,2005)
CIRI POSMODERN
Menurut Sallie McFague dalam buku Dr. Munir Fuady,2005 mengatakan bahwa ciri dari posmodern adalah :
•?Menginginkan penghargaan besar terhadap alam.
•?Menekankan pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia.
•?Mengurangi kekaguman terhadap ilmu pengetahuan, kapitaslisme, dan teknologi.
•?Menerima tantangan agama lain terhadap agama dominant.
•?Menerima dan peka terhadap agama baru.
•?Menggeser dominasi kulit putih di dunia barat.
•?Mendorong kebangkitan golongan tertindas, seperti golongan ras, gender, kelas sosial yang tersisihkan.
•?Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya interdependensi secara radikal dari semua pihak dengan cara yang dapat terpikirkan.
Salah satu ciri dari posmodern yang telah disebutkan diatas adalah mengurangi kekaguman terhadap ilmu pengetahuan, dan teknologi, ini berarti menunjukan adanya suatu ketidak pedulian lagi dari para ilmuan terhadap pengetahuan dan ini akan menyebabkan adanya krisis pada masa depan pengetahuan didunia ini, oleh karena itu kami tertarik dan ingin membahas masalah tersebut.
Salah satu hal yang paling inspiratif bagi Posmodernisme adalah memang sikapnya dalam memahami fenomena modern yang bernama “pengetahuan” itu, terutama Pengetahuan Sosial. Ia memperkarakan tentang “Apa itu pengetahuan” secara genealogis dan arkeologis; artinya, dengan melacak bagaimana pengetahuan itu telah beroperasi dan mengembangkan diri selama ini Kategori-kategon konseptual macam “kegilaan”, “seksualitas”, “manusia”, dan sebagainya yang biasanya dianggap “natural” itu sebetulnya adalah situs-situs produksi pengetahuan, yang membawa mekanisme-mekanisme dan aparatus kekuasaan; kekuasaan untuk “mendefinisikan” siapa kita. Ilmu-ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan adalah agen-agen kekuasaan itu. Dan kendati kekuasaan itu tidak selalu negatif-repressif melainkan juga positif-produktif (menciptakan kemampuan dan peluang baru), toh secara umum ia memaksa kita memahami kemodernan bukan lagi sebagai pembebasan, melainkan sebagai proses kian intensif dan ekstensifnya pengawasan (surveillance), lewat “penormalan”, regulasi dan disiplin.
Akan tetapi kita juga jangan lupa, pada zaman posmodern etika sebagai sebuah dinamika peradaban ia pun masih pantas untuk dipertanyakan lagi keberadaannya. Karena di zaman posmodern ini etika sudah mulai ditinggalkan oleh para kaum ilmuan, teknisi maupun kaum intelektual yang pada dasarnya memahami keberadaan etika: Seperti halnya pembuatan bukti yang pada prinsifnya hanya bagian dari proses argumentasi yang dirancang untuk mendapat persetujuan dari para penerima pesan ilmiah, dimana tujuannya tidak lagi kebenaran, tetapi performativitas, yang kemungkinan terbaik dalam persamaan input/output. Negara atau perusahaan harus membebaskan narasi legitimasi kaum idialis untuk membenarkan tujuan baru : didalam diskursus dukungan keuangan bagi peneliti dewasa ini, satu satunya tujuan yang dapat dipercaya adalah kekuasaan. Contohnya adalah para ilmuan, kaum teknisi dan instrument pada zaman sekarang yang dibeli bukan untuk menemukan kebenaran, tetapi untuk memperbesar kekuasaan mereka sang penguasa, dan ini menunjukan telah hilangnya etika di kalangan para ilmuan.
Dan hal diatas didukung dengan anggapan bahwa manusia sekarang mengutamakan mencari uang, dan sudah jarang ada orang yang bersedia memikirkan sejumlah persoalan. Dan hal ini merupakan duka cita manusia: sejumlah besar ilmuwan sekarang terlalu hanyut pada prestasi ilmu pengetahuan yang telah dicapai, namun kehilangan keberanian untuk menyelidiki dunia spiritual yang belum diketahui, ada yang mempertahankan teori yang telah ada tapi menolak menerima kenyataan objektif, ada yang bahkan ikut serta dalam politik, menjadi alat di tangan negarawan. Hal ini merupakan dukanya ilmu pengetahuan.
By : Beatrice Jessica (625090081)